"Untuk mencetak murai juara hindari perkawinan sedarah hingga enam generasi agar anakan yang dihasilkan benar-benar berkualitas dari sisi fisik, mental dan suaranya".
Seperti yang dilansir Tim Redaksi Agrobis Burung, menurut Supriyanto (Pri BF Mojosari) kalau pejantannya juara dan betinanya juga merupakan keturunan juara, dijamin anakannya akan berkualitas yang kemungkinan besar berpotensi juara ketika dewasa nantinya.
Namun demikian, kata ia, meski dengan berbekal indukan juara, cara menjodohkannya tidak asal mengawinkan seperti binatang ternak lainnya. "Pendek kata, hingga perkawinan sedarah dalam mencetak murai unggulan. Artinya pejantan dan betinanya jangan sama atau berasal dari indukan yang sama atau berasal dari satu sarang" kata Supriyanto kepada Agrobur di farmnya. Desa Jasem, Kec. Ngoro, Kab. Mojokerto beberapa waktu lalu.
Pria yang akrab disapa Pri itu mencontohkan umpama pejantan A dikawinkan dengan betina B. Anakan yg dihasilkan berupa C (jantan), D (betina), E (betina) dan F (jantan).
Dengan demikian, maka C tidak boleh dikawinkan dengan D atau E dengan F. Jangan pula mengawinkan A (bapak) dengan D (anakan betina) atau B (ibu) dengan C (anakan jantan). (*nal)
Ya memang perkawinan sedarah banyak menimbulkan efek negatif, sebagai contoh perkawinan sedarah pada manusia dapat meningkatkan resiko kematian dan bayi lahir cacat. Kondisi yang umumnya terjadi pada perkawinan sedarah adalah gangguan resesif pada mutasi gen indukan. Jika kebetulan kedua gen indukan membawa gen yang resesif maka kemungkinan besar anakannya mengalami kelainan genetika.
...baca selengkapnya di
Tabloid Agrobis Burung, Edisi 767, Minggu III Februari 2015
No comments:
Post a Comment